Tuesday, March 19, 2013

Gigs Preview: A Year Working Class Paranoid Shop



PREVIEW
 
Type: Gigs 
City:Klaten, Central-Java, IDN
Date: March 24th, 2013

Venue: Studio Show ANDY
Start From: 09 AM - 06 PM
HTM: Free

Info: 6288216038362 / @paranoid_shop
Bands:
- GERBANG SINGA (Solo)                    - FIGHT ANOTHER DAY
- TRUST DOWN (Solo)                          - FOR THE HEROES
- FIRST STRIDE (Solo)                           - FIGHT FOR DIGNITY
- THE FRANKENSTONE (Jogja)           - TOUCH DOWN
- BERANTAK! (Jogja)                             - EXCEPTION HATE
- ARPAPPEL (Jogja)                                - ROTTEN HOLE
- KEKUATAN SUPER (Sukoharjo)         - STAND FOLD

- BREATHING ON FLAMES                  - EFEK KIMCIL
- RAGAMUFFIN                                     - RISE BACK

  Articles Preview:


Jujur, sedikit menumbuhkan rasa jumawa dan narsis dalam diri Saya ketika menulis preview untuk gigs yang sengaja diorganisir keluarga kecil Paranoid Shop dan teman-teman scene Guyub Ludruk Crew ini.

Mungkin boleh dimulai dengan sedikit introduksi dari sebuah toko kecil yang menyediakan berbagai macam katalog rilisan fisik seperti piringan hitam, kaset pita dan cakram padat/Cd band-band lokal dan manca lintas genre dan merchandise yang berbasis di kota Klaten. Juga mungkin telah berseliweran namanya di jejaring facebook dan twitter selama satu tahun ini?

Dimulai dari gagasan Saya bersama seorang teman dekat bernama Ekik Assyidiqi yang sering mengumpulkan rilisan fisik untuk sekedar dikoleksi dan kecintaan serta kepedulian terhadap musik, tumbuhlah ide untuk membangun sebuah records distribution sendiri. Mungkin akan tidak terlalu sukar untuk memulainya karena dengan lingkungan yang membimbing pengetahuan kami, karena tidak lepas dari 2 do-it-yourself label yang khusus menangani band-band genre Hardcore/Punk dan sejenisnya, Hit & Burn Records (Solo) dan Samstrong Records (Pekalongan-Yogyakarta) yang banyak membantu kami mengenal apa dan bagaimana membangun sebuah records distribution dengan berbagai keuntungan dan konsekuensinya nanti.

Nama Hanief Yuwanda Bucex yang berperanan penting dalam langkah awal pergerakan Paranoid dalam merancang berbagai bentuk media promosi dan sebagainya. Apresiasi tinggi untuk ucapan terimakasih mugkin tidak cukup sebagai reward yang diberikan keluarga kecil Paranoid saat ini.

Seiring berjalannya waktu, Adibayu Nur Cahyo join dengan membawa semangat yang lebih besar, dan display di ruang kecil kediaman Ekik dibilangan Jl. Dr Wahidin Sudiro Husodo Klaten serta booth yang terpampang di Coffee Radio (Jl Nuri Bareng Lor Klaten) adalah sebuah karya bukti kecintaan dan kepedulian kami bertiga kepada rilisian fisik sebagai hasil pendokumentasian para pelaku musik.

Katalog rilis Arm Stretch Recs, Demajors Recs (Jakarta), Organic Recs milik Widi Puradiredja dari Maliq & D’essentials (Jakarta), Hellavila Recs (Jogja), Hit & Burn Recs, Winsome Recs, Samstrong Recs, Ankris/Good For Merch, DAS Merch, Gavoc Merch (Pekalongan), dan masih banyak lagi records label dan merchandise production yang bisa didapatkan di space Paranoid Shop.

Satu tahun berjalan, dengan prosentase penjualan rilisan fisik (dari dulu terkenal susahnya menjual Cd dan sejenisnya) yang sangat baik untuk ukuran distributor yang berbasis di kota kecil seperti Klaten. Walaupun masih kacau untuk masalah manage keluar-masuk katalog, maklum, ibarat balita Paranoid Shop sedang belajar berjalan untuk kedepannya menjadi lancar. Pembenahan yang dilihat dari berbagai aspek sangat perlu dilakukan dan semoga kedepan nanti dapat melangkah lebih jauh lagi pergerakannya ini sebagai records distribution.

Mengapa memilih 24 Maret yang kebetulan jatuh dihari minggu? Perencanaan dengan persiapan jauh-jauh hari setelah ide membuat pesta senang-senang ini muncul adalah alasan pertama selain hari tersebut adalah hari libur. Selain itu, 24 Maret bertepatan dengan hari bertambahnya umur salah satu keluarga Paranoid, yaitu Ekik, yang tak ingin umurnya disebutkan disini. Mungkin dengan tidak ingin terlalu hiperbola, gigs yang diadakan di Studio Show ANDY daerah Wedi, Klaten yang sekarang dapat dikatakan sebagai tempat alternatif untuk membuat show kecil-kecilan yang dibungkus untuk senang-senang ini, adalah sebagai sebuah perayaan untuk penanda bahwa ada sebuah spot dimana kamu bisa mencari dan mendapatkan berbagai rilisan band mulai dari album sampai pakaiannya di kota Klaten.

Ada tambahan mungkin, jika Anda sekalian ingat satu bulan lagi di 22 April, adalah perayaan Records Store Day, A Year Working Class Paranoid dapat dikatan sebagai sebuah persiapan pihak Paranoid sendiri untuk membuat suatu kegiatan yang berhubungan dengan rilisan fisik tentunya, mungkin akan ada perayaan Records Store Day yang diadakan pertama kali di Klaten dengan tema Pasar Bebas dimana Anda nanti akan dapat menemui booth Paranoid di jalanan (kota Klaten tentunya) dengan fasilitas diskon untuk setiap pembelian? Kami tidak berjanji untuk dapat merealisasikan semuanya dengan baik, tapi tentu kami akan berusaha sebaik mungkin agar hal ini dapat terealisasi.

Dalam perayaan yang dibalut senang-senang di peringatan bertambahnya umur Ekik dan Paranoid ini, kami mengajak teman-teman kota terdekat sekitar Klaten, ada 2 band dari kolektif Solo Rumble Crew, GERBANG SINGA (Modern Hardcore-Solo) yang baru saja merilis split album dengan  band Hungaria, Posotif Mind. disusul TRUST DOWN (Newschool/Beatdown/Hardcore)  yang tengah memproduksi debut mini-albumnya. Dan satu band dari kota yang sama, Solo namun berbeda kolektif (Murni Comedy Hardcore/Solo) FIRST STRIDE (Beatdown Hardcore) akan turut meramaikan.

Dari selatan kota Klaten, yaitu Yogyakarta ada THE FRANKENSTONE (Punk Rock) dimana tahun lalu ketika mereka selesai tur Singapur-Malaysia sempat mampir juga ke Klaten dan akhirnya mereka kembali lagi maen kesini. BERANTAK! bermain Hardcore/Punk tipikal Circle Jerk, dan ARPAPPEL yang bermain Grunge seperti influence/berhala dunianya Nirvana.

Ada juga dari Sukoharjo, KEKUATAN SUPER (Thrash/Punk) yang split albumnya bersama To Die (Jogja), Kw-13 (Bandung) dan Non X Antagonis (Depok) sedang dalam produksi dirilis 4 label, Winsome Recs (Solo), For Tomorrow Recs (Salatiga-Semarang), Samstrong Recs (Pekalongan-Jogja) dan Paranoid Recs (Klaten).

Ditambah semua band dari kolektif dimana Paranoid yang tumbuh-berkembang disana, Guyub Ludruk Crew (Klaten). Ada BREATHING ON FLAMES (Metalcore) dan FOR THE HEROES (Metalcore) yang di pertengahan tahun ini bakal menggelar tur keliling Pulau Jawa bersama band dari Singapur, Fall of Mira.

FIGHT ANOTHER DAY (Newschool/Beatdown/Hardcore) yang bersiap merekam materi mini-albumnya, FIGHT FOR DIGNITY (Beatdown Hardcore) yang sedang menambah jam terbang manggung, TOUCH DOWN (New York Style/Beatdown Hardcore) yang telah mulai mendokumentasikan lagu-lagunya, EXCEPTION HATE (Hardcore/Metal) yang baru saja melepas single juga akan meramaikan gigs ini. Ada juga ROTTEN HOLE band Hardcore/Metal lawas-nya Klaten yang kembali dengan semangat baru, masih dengan semangat alkohol yang sama mungkin hehe.

Lanjut, ada STAND FOLD (Modern Hardcore) yang baru saja mendapatkan tukang gebuk dram anyarnya, EFEK KIMCIL (Holigan/Celtic Punk) yang lama tak kelihatan taringnya, RAGAMUFFIN grup Hip-hop/Rap baru yang menyebarkan virusnya dengan sangat cepat kepada publik Klaten dengan lagu-lagunya, serta RISE BACK (Youth Crew/Hardcore/Punk) yang baru saja merombak personil dan mengklaim dirinya sebagai band Straight Edge pertama di Klaten.

Dengan pamflet yang dibuat sedemikian sederhana adalah bukti bahwa ini adalah sebuah show yang dihelat semata-mata untuk senang-senang. Dijadwalkan akan dimulai sejak pukul 9 pagi agar tidak berakhir terlalu malam, tanpa dipungut biaya tiket masuk diharapkan semua yang hadir nantinya dapat mengkondisikan dengan baik fasilitas yang disediakan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Lets join to this do-it-with-your-friends party show! Bring more money for buy merchandise/Cd-cassatte-vynil, there super disc up to 20% from Paranoid! See yaa ‘da pits! (Anang Sigit)

Press Release: The SIGIT - Detourn


Oleh: Hendriyadi ( @pelukislangit )

The SIGIT kembali dengan album baru, judulnya Detourn. Tidak perlu repot-repot mencari arti kata itu. Nikmati saja musiknya. Karena ini adalah obat pencahar rindu yang sudah terlalu lama membeku.

Termin si anak hilang yang kembali ke rumah mungkin merupakan analogi yang paling cocok untuk menggambarkan pulangnya empat laki-laki anggota The SIGIT ini ke arena. Ini album baru, sesuatu yang telah terlalu lama dinantikan.

Empat orang sosok berkarakter kuat di band ini: Rektivianto Yoewono, Farri Icksan Wibisana, Acil Armando dan Aditya Bagja Mulyana, telah terlalu lama mengembara sesuka hati. Mereka melukis banyak sekali potongan gambar sekaligus mencoba berbagai macam variasi hidup selama beberapa tahun terakhir ini; meruntuhkan pola-pola lama menjadi band rock di atas panggung dengan berdandan sesuka hati, meletakkan posisi main seenak jidat dan bahkan tetap membuat orang terkesima dengan lagu-lagu lama mereka yang sudah terlalu lama dimainkan secara berulang.

Katalog cerita mereka bertambah seiringnya proses alami menjadi tua dari segi usia. Daftar panjang kota-kota yang disinggahi semakin mengular, beberapa bahkan layak mendapat sematan reguler lantaran sudah terlalu sering disambangi. Berbagai macam ekspresi emosi pernah terekam.

Setelah lelah berjalan melukis kanvas cerita mereka, mereka seolah disadarkan bahwa akan kewajiban yang begitu kasat mata untuk mnyelesaikan proyek berikutnya. Jika itu perlu waktu nyaris tujuh tahun, biarlah. Toh, apa yang ada di depan mata sekarang ini sudah nyata; bukan lagi janji-janji omong kosong tentang ide-ide yang bisa dimuntahkan tapi tidak pernah bisa ditagih perwujudannya lewat komitmen waktu.

Lebih besar lagi, ada banyak tanggung jawab yang harus dipenuhi. Seluruh penjurunya sudah berteriak untuk dijamah dan diperhatikan.

Detourn adalah sebuah bekal kuat yang dikandung sekian lama dan sekarang telah disalinkan dengan selamat ke muka bumi. Tentunya, ia dibuat dengan segudang usaha keras, tambahan asupan amunisi yang diperoleh dari titik-titik kecil yang ditemui di perjalanan dan substansi yang dikontribusikan alam raya dalam bentuk  garis tangan yang berliku; ada macam-macam cerita yang mengiringi proses pembuatan album ini.

Ia berhasil menjelma menjadi paket komplit yang diperlukan oleh sebuah album rock untuk bisa dikategorikan bagus. Ia juga masuk dengan baik ke logika berpikir standar tentang bagaimana sebuah kumpulan musik bagus yang layak dikenang dan disebarluaskan.

Prosesnya, seperti kita rasakan bersama ketika menunggu sekian lama, tidak pernah sederhana. Itu kenapa rentang waktu yang diperlukan untuk kembali dengan hasil jadi ini begitu lama. Visible Idea of Perfection, debut fenomenal The SIGIT, menjadi momok aktif yang harus ditaklukan di ranah ego masing-masing orang.

Dan The SIGIT, adalah sebuah konstruksi kokoh tentang konsepsi dan penerjemahan audio visual yang diramu dengan takaran ideal. Mereka sangat tahu apa yang mereka lakukan.

“Kami mencoba menelaah sendiri pola baru dalam band dan mencoba menuangkannya dalam bentuk lagu baru. Dalam proses itu pun kami sering dihadapkan dengan ketidakpuasan. Singkatnya, kami ingin membuat lagu yang berbeda dengan era Visible Idea of Perfection, tapi secatchy album itu. Ternyata sangat sulit,” ujar Rektivianto, bercerita sedikit tentang tantangan yang membuat mereka perlu waktu lama untuk menyelesaikan album kedua.

Proses itu membuat mereka berhasil menyajikan sebuah menu santapan utama yang tidak seragam, seperti biasanya. Ada rock penuh nada kemarahan, balada pinggir gang atau komposisi cinta absurd. Metode ini, sekedar catatan, selalu ada di setiap karya mereka. Ada elemen keseimbangan ala yin dan yang yang disebar dalam sebelas lagu di album berdurasi kurang lebih empat puluh lima menit ini.

“Kami tidak tahu bagaimana mengungkapkannya tapi album ini beda. Mungkin tidak akan kentara, namun di suatu titik di sebuah lagu, anda akan merasakan perbedaan itu. Yang pasti, kami tidak akan pernah merilis materi-materi ini kalau kami sendiri tidak merasa album ini sebagus Visible Idea of Perfection,” janji Rektivianto tentang Detourn.

Single pertama album ini, sebuah lagu anthem yang bisa diteriakan bersama-sama, Let the Right One In menjadi pembukti perdana bagaimana kolektif kata di atas terwujud dalam gugusan nada. Lagu ini seolah jadi lagu yang cocok untuk jadi salah satu track di Visible Idea of Perfection, tapi kalau didengar berulang sebenarnya tidak cocok. Komposisinya berjalan jauh lebih dalam ke ruangan matang yang hanya mungkin bisa dibangun lewat serangkaian proses panjang yang memakan waktu nyaris tujuh tahun tadi. Seperti itulah Detourn mengalun.

Jadi, ketika kembali lagi ke tengah-tengah industri musik dengan sebuah karya baru, seluruh isi arena harus menyambutnya dengan tangan terbuka. Usapan-usapan hangat niscaya memberi energi untuk meneruskan hegemoni mereka di sirkuitnya.

Mereka, yang kita kenal dengan nama The SIGIT, masih laki-laki yang sama. Yang membuatnya sedikit beda, perlakuan alam raya membentuk mereka menjadi sekumpulan sosok yang lebih menyenangkan. Dewasa itu pilihan, tapi pulang ke arena tempat mereka seharusnya berada sudahlah cukup membuktikan bahwa memang mereka seharusnya memainkan musik sekencang dan sesering mungkin.

The SIGIT – Detourn
Label: FF/WD Records
Tahun rilis: 2013

Track list:
01. Detourne
02. Let the Right One In
03. Son of Sam
04. Gate of 15th
05. Tired Eyes
06. Owl & Wolf
07. Black Summer
08. Red Summer
09. Ring of Fire
10. Cognition
11. Conundrum

Untuk video teasernya, bisa langsung lihat link ini:

Sunday, February 3, 2013

Interview: SOPHIA SOVIA STOLKA, "Bentuk Kerisauan Terhadap Kondisi Sosial Politik di Negara Ini."



Oleh ANANG SIGIT
Foto Dok. SOPHIA SOVIA STOLKA



SOPHIA SOVIA STOLKA (SSS), selamat atas rilisnya debut mini album kalian ya :) Kenapa memilih “Rumah Luka” (yang juga adalah track pertama dalam mini-album ini) sebagai judul EP-nya ?
Halo FL Zine , sebelumnya terima kasih ya atas interviewnya.
Kenapa memilih nama “Rumah Luka” karena kebetulan ‘Rumah Luka’ adalah single pertama di EP ini, dan boxset kami yang terbuat dari kayu , cocok untuk menggambarkan judul “Rumah Luka” tersebut.


Setelah menyimak nyanyian dari setiap bait lirik yang terlantunkan dan tidak tertuliskan di booklet album, disini Kita sangat merasakan nuansa sosial-politiknya. Apa yang memotivasi kalian untuk menuliskan lirik bertemakan politik untuk musik SOPHIA?
Ini adalah salah satu bentuk kerisauan kami terhadap kondisi sosial politik di negara kita, suatu bentuk aspirasi , sarana mengeluarkan pendapat , kami melihat keadaan di negara kita sungguh sangat ironis dimana 10 tahun lebih setelah reformasi keadaan (politik dan sosial) masih sama dengan keadaan jaman pak Harto dulu , bahkan di beberapa hal , keadaannya lebih buruk. 

Pembangunan memang terus berlangsung dan sangat cepat tetapi di balik pembangunan itu yang menguasai ya orang orang yang ada di lingkaran kekuasaan tadi. 

Disamping itu kami melihat masih sedikit band di Jogja khususnya yang menulis lagu dengan tema tersebut, ini semacam strategi juga sebenarnya.


Mungkin satu hal yang SOPHIA ingin angkat sebagai nyawa, tema lirikal politik. Bagaimana kalian memandang filosofi politik sama pentingnya jadi bagian dari musik SOPHIA?
Sebenarnya dalam berkarya kami tidak ada batasan , harus menulis lirik tentang politik atau sosial , atau cinta , biarkan orang menilai, inilah musik kami , inilah lirik kami.

Untuk EP pertama ini memang yang kami angkat lebih unsur ke politik dan sosial yang dituang dalam lirik-lirik kami. 

Kami benci politik , politik itu menyebalkan, dalam politik kawan jadi lawan , saling fitnah , jilat menjilat , sisi dari menyebalkannya politik inilah yang akan kami usung ke depan nantinya. 

Kami tidak bisa melawan keadaan ini dengan angkat senjata berperang frontal , kami tiak bisa ikut demo (kami sudah cukup tua untuk itu, dan kami punya anak istri , kecuali Dodhi yang belum berkeluarga) yang bisa kami lakukan hanyalah membuat karya dan suara kami bisa didengar oleh orang lain dan suara kami bisa menginspirasi orang lain , syukur syukur bisa mengubah yang jahat jadi baik.


Disamping itu, Kita tau EFEK RUMAH KACA lebih dulu megangkat tema sosial, budaya dan politik yang sama dalam penulisan musik dan liriknya. Satu pertanyaan yang sedikit membosankan, sebagai musisi tentunya kalian memiliki artis/band-band yang di puja, lalu artis/band-band apa saja yang telah mempengaruhi kalian untuk bermusik di SOPHIA?
Untuk pengaruh dalam bermusik setiap personil mempunyai band favorit sendiri sendiri , kami semua mendengarkan semua jenis musik .

Ketika ada lagu bagus , cukup saya suka ya suka saja, tidak melihat ini aliran apa , apkah  ini band terlalu mainstream atau ini band cutting edge ,  tidak ada batasan.

Di awal kami bermain musik , kami suka membawakan lagu lagu orang , paling banyak yang kami cover adalah lagunya Radiohead , Coldplay , The Smashing Pumpkins , U2 , The Cure.

Untuk band lokal kami mendengarkan semuanya , dari Sheila On7 sampai The Trees and The Wild , dari Noah sampai Seringai , kami juga mengikuti perkembangan musik mereka. 

Namun untuk band favorit kami semua mutlak adalah Radiohead. 

Dan benar untuk dalam negeri , kami sekarang sungguh sangat terinspirasi dari Efek Rumah Kaca. 


Dan dalam terminologimu sendiri, seperti apa kalian mendefinisikan musik yang kalian usung ini ?
Musik yang kami usung adalah POP.
Mungkin lebih ke Pop Balad. Dengan sentuhan musik britpop , dan lirik yang cenderung bertema sosial politik.


SOPHIA sendiri terbentuk sejak kapan ? Saya baru mendengar gaungnya pertengahan tahun 2012 kemaren. Bisa berikan kita deskripsi pendek tentang perjalanan panjang karir SOPHIA ?
SSS terbentuk sejak  18 Januari 2012.
Sebelumnya kami lebih dikenal dengan nama SOPHIE. Jika anda adalah anak muda Jogja yang suka musik , tumbuh besar di awal tahun 2002 – 2006 pasti sering mendengar nama band SOPHIE.

Hits single dari Sophie yang sampai sekarang masih menjadi hits dan masih diputar di radio radio antara lain “pejuang asmara” , “bawakan aku bunga” , “amorisa bagian 2”
Setelah sempat merilis 2 mini album , 1 full album dan beberapa single , dan setelah beberapa kali ganti personil. Akhirnya Sophie resmi dibubarkan pada Desember 2011.

Dua personil tersisa , yaitu Hendra (vokal) dan Dodhi (Bass) pada januari 2012 memutuskan membentuk sebuah band baru dengan nama Sophia Sovia Stolka.

Kami  mengajak Wiwin (guitar) yang sebelumnya sering menjadi additional gitar di Sophie.
Begitulah cikal bakal Sophia Sovia Stolka terbentuk.

SOPHIA SOVIA STOLKA
Awal mendengar nama SOPHIA SOVIA STOLKA dibenak Saya langsung terbesit pikiran, oh ini adalah band dengan formasi yang semua personilnya adalah perempuan, atau nggak band dengan formasi female fronted didalamnya. Tapi begitu melihat di laman facebook kalian,ternyata formasi SOPHIA seluruhnya adalah pria. Bisa diceritakan tentang nama SOPHIA SOVIA STOLKA? Apa ini dari bahasa latin yang artinya nameless (tanpa nama)? Dan apa alasan kalian mengambil nama tersebut sebagai nama band?
Tidak ada arti khusus dalam nama Sophia Sovia Stolka , kami hanya ingin masih ada unsur nama Sophie di nama band kami ini. Cukup panggil saja dengan panggilan SSS.


“Rumah Luka” debut mini album yang dirilis dan dipasarkan dengan penjualan collectible item berupa boxset. Pada dasarnya jika kamu memilih menjadi independen, maka kamu memilih untuk berkreasi out of the box. Dan apa motivasi kalian merilis EP ini dengan penjualan fisik yang berupa boxset?
Latar belakangnya adalah saat ini sungguh mustahil menjual produk fisik , dalam bentuk CD. Sekarang orang lebih suka download dari internet, atau mengcopy paste lagu milik teman.

Itulah yang mendasari kami , bahwa tidak mungkin menjual CD saja, oleh karena itu kami merilis album “Rumah Luka” dalam bentuk Box set yang di dalamnya berisi Kaos, Stikcer, Gantungan Kunci, dan disamping itu bagi siapa yang membeli CD Rumah Luka kami ikutkan dalam kuis berhadiah iPod.

Jadi orang mengeluarkan uang 100.000 untuk membeli karya kami dan mendapatkan merchandise di dalamnya sudah merupakan harga yang pantas.

Boxset SOPHIA SOVIA STOLKA - Rumah Luka EP
Bagaimana pendistribusiannya sejauh ini?
Distribusi terbesar kami adalah kami jual sendiri secara online, kami melakukan promo di twitter , disamping itu kami juga menitipkan Boxset “Rumah Luka” di toko toko khusus yang menjual CD/merch band band cutting edge. 


Well, bagaimana kreasi kalian untuk  menjalin jejaring pedengar secara lebih luas (mungkin hingga ke penjuru dunia) jika rilisan fisik kalian hanya dicetak secara terbatas?
Untuk EP Rumah Luka ini adalah sebagai batu loncatan kami ke depan , target kami sejauh ini untuk rilisan EP Rumah Luka hanya supaya orang tahu kami. Itu dulu. 

Hal itu terjadi dengan diputarnya lagu kami di stasiun Radio Lokal , kami juga mengirimkan demo lagu ke beberapa radio di luar daerah. 

Targetnya sekarang hanya untuk memperkenalkan diri dulu.

Untuk supaya lebih dikenal di luar negeri saat ini belum kami pikirkan, biarkan itu nanti terjadi dengan sendiri, dan strateginya bagaiman abelum kami pikirkan.

Ada rencana mengadakan konser di Singapura , dalam tahun ini , tapi kita lihat saja nanti apakah akan terjadi atau tidak. 


Digitalisasi, penjualan rilisan fisik dari dulu memang terhitung sangat susah. Mungkin terhitung lebih banyak penikmat musik yang lebih suka mendownload gratis ketimbang membeli rilisan fisik originalnya. Bagaimana pendapat kalian tentang itu?
Dunia berubah , semua hal berubah , begitu juga dengan industri musik.

Tidak perlu menyalahkan siapapun , tugas kita adalah berpikir bagaimana cara supaya karya kami bisa laku , tugas musisi musisi dan band band lain adalah juga sama.

Dengan keadaan seperti ini , untuk mengandalkan hidup dari musik sungguh tidak mungkin , oleh karena itu menurut pendapat kami pribadi , dalam bermusik itu kami anggap sebagai hobi yang menghasilkan. Tidak usah dipikir terlalu serius tapi juga jangan dipikirkan asal asalan. Klise memang tetapi seperti itulah kenyataannya.

Ketika banyak yang mendownload secara ilegal , gratis , kita harus berpikir bagaimana mendapatkan pemasukkan untuk band ini , cari sponsor mungkin atau menjual merch. 

Intinya pintar-pintarnya kita untuk mengatur strategi supaya kehidupan band bisa terus berjalan.

Undian iPod SOPHIA SOVIA STOLKA - Rumah Luka EP
Next, “Rumah Luka” di rekam di SA Studio ya, bagaimana proses kalian merekamnya dan apa yang membedakan SA Studio dengan studio-studio rekaman yang lain?
SA studio adalah studio milik gitaris kami , jadi yang membedakan adalah , tentunya dari harga kami dapat diskon :)  

Disamping itu karena studio milik gitaris kami , kami merasa seperti take rekaman di rumah sendiri, suasananya lebih seperti di rumah sendiri.

Yang membedakan dengan studio lain apa ya, secara garis besar sama tidak ada perbedaan dari software dan hardware yang digunakan , suasananya mungkin yang berbeda , studio ini ada di lantai 2 , di belakang kampus UII ekonomi , jadi jika kita rekaman di siang hari kita bisa melihat mahasiswi mahasiswi cantik yang sedang kuliah :p (sambil menyelam minum air yah ahaha, Ed.)


Pengalaman baru apa yang kalian dapatkan selama pembuatan mini album ini?
Kami menegerjakan semuanya sendiri , mulai rekaman , membuat boxset , membuat kaosnya , print CD nya.
Pengalaman barunya adalah kami jadi lebih kenal dengan orang orang baru yang ada di bidang print mengeprint :)
 
Disamping itu ketika promo dan launching kemarin terasa lebih terjalin kebersamaan dengan band band lokal , MD Radio , media media musik online dll.

Kami mendapatkan banyak teman baru.


Gear apa saja yang kalian gunakan mungkin agar dapat menemukan ciri khas sound tipikal indiepop yang kalian usung?
Dodhi menggunakan Bass Fender Squier Precision Bass 

Hendra menggunakan Yamaha Gitar Akustik Elektrik.

Wiwin menggunakan Samick Guitar.

Sound yang kami usung garis besarnya adalah hentakan drum yang konstan , gitar akustik yang mengalun bersama permainan Bass yang simple , Sound gitar yang ada delaynya dan vokal bereverb. 


Di “Rumah Luka” ini sendiri , kalian memakai additional drum player. Bytheway, bisa disharekan line-up terkini? Apa kalian menemui kesulitan untuk mengisi line up drum yang steady sehingga belum menemukan drummer permanen?
Line Up SSS :
Hendra Dananjaya (vokal)
Dodhi Wijayanto (Bass)
Herwin Meidison (Guitar)
Additional Drum = Agung Bakhtiar


Setahuku, banyak musisi independent Jogja punya band lebih dari 1, bagaimana dengan anggota SOPHIA?
Kami hanya bermain di satu band ini , yaitu Sophia Sovia Stolka , tidak ada sideproject atau tergabung dalam band lain. 


Update terbaru apa yang bisa kita dapatkan dari SOPHIA? Album baru yang segera meluncur? Tour promo debut mini album?
Album baru sedang dalam tahap pembentukan konsep , dan pengumpulan materi , bocoran untuk album berikutnya akan lebih upbeat dan akan memasukkan unsur musik lain mungkin bisa dinikmati sebelum pertengahan tahun ini.

Tour promo kami sedang merencanakan rangkaian tour ke jawa bagian timur , bali dan pulau sebelahnya, doakan sukses ya.


Last words buat pembaca FL Zine? Terimakasih untuk waktunya, congrat buat debut mini album “Rumah Luka”-nya!
Buat pembaca FL Zine , tetap be yourself , katakan apa yang ingin kalian ungkapkan , terus berbuat baik , menjadi manusia yang berguna apapun profesinya. Merdeka!!!
Makasih FL Zine :*
 Content:

1.Rumah Luka
Lagu tentang suatu tempat, tempat dimana kita sering berkumpul (nongkrong,kongkow) bersama teman-teman.
Di tempat itu kita saling bercerita, curhat tentang percintaan, bercerita tentang masa depan, tentang pendidikan, besok kita akan jadi apa, besok kita akan seperti apa.
Intinya dengan kebersamaan dan optimisme kita harus yakin di dalam penderitaan dibalik ketidakberdayaan kita tetap harus optimis bahwa masadepahn kita pasti cerah

2. Africa - Africa
Lagu ini diilhami dari TOTO - Africa, (maklum kita orang lawas jadi kadang dengerinnya band-band lawas juga hehe) kayaknya seru tuh kalau bikin lagu dengan tema yang sama.
Maka jadilah lagu itu. Lagu ini menceritakan tentang cara kami melihat kehidupan di afrika. Di belahan Afrika yang belum berkembang, seperti kita tahu, banyak juga negara di Afrika yang sudah maju dari kita.
Bagian Afrika Tengah, di masa-masa kelaparan, konflik-konflik internal, sumber daya alam yang di eksploitasi oleh pihak asing. Penyakit-penyakit yang belum ada obatnya.
Keadaan di Afrika seharusnya membuka mata kita disini bahwa sebenarnya kita disini lebih beruntung. Kita disini harusnya bisa lebih menghargai hidup. Dan lewat lagu ini Kami berdoa supaya keadaan serupa jangan sampai terjadi pada negara ini dan memberikan sedikit harapan pada mereka supaya bisa bertahan dari keadaan yang tidak mengenakkan.

3. Sisi Gelap Negeri Ini
Lagu ini bercerita tentang keadaan sosial di negara kita tercinta sekarang ini.
Lagu tentang kritik terhadap pemerintah, bahwa kenyataan yang terjadi adalah yang kaya bertambah kaya dan si miskin semakin miskin.
Pembangunan hanya untuk para pemilik modal. Kita yang berasal dari kelas sosial yang biasa saja, hanya bisa melihat, "wah ada mal baru disana", "wah ada hotel baru keren banget", dan sebagainya. Tapi dibalik itu apakah kita pernah mengerti, dibalik itu mungkin banyak yang menderita karena nilai pembebasan lahan yang sedikit.
Kami ingin menyerukan pendapat bahwa di balik pembangunan yang "bling bling" di negara kita ini, ada sisi gelap yang menjadi tumbal dari rakusnya para pemilik modal. Dan seperti biasa pemerintah tidak akan pernah mengerti.

Contact:
SOPHIA SOVIA STOLKA
+628112545224
facebook / twitter
Order Boxset "Rumah Luka" disini.