Tuesday, January 17, 2012

Zine : ”Sebuah Media Alternatif Sebagai Sarana Perayaan Kebebasan Untuk Menulis”



Zine secara garis besar adalah sebuah media alternatif non komersial/non profit  yang di publikasikan sendiri oleh penulisnya, dikerjakan secara non konvensional (dalah hal ini tidak ada deadline yang mengikat, tata bahasa yang seringnya tidak baku, menggunakan lay out yang sebisanya) dan diproduksi biasanya melalui proses fotokopi atau cetak sederhana. Dalam hal ini sirkulasi zine juga terbatas di bawah 5000 eksemplar walaupun pada kenyataannya sering kurang dari 1000 eksemplar.
Zine seringnya tidak dijual, kalaupun di jual harganya hanya sebatas harga foto kopi. Sementara di kalangan para pembuat zine berlaku sistem trade/barter zine maupun iklan zine.
Fanzine  adalah kategori tertua dari zine sehingga mungkin banyak orang yang menganggap semua zine adalah fanzine. Secara sederhana fanzine adalah sebuah media publikasi antar penggemar/fans untuk mendiskusikan nuansa berbagai macam kultur dalam sebuah media. Fanzine sendiri dikelompokkan dalam beberapa bagian seperti: fanzine fiksi ilmiah, musik, olahraga, televisi,film dan lain lain.
Sementara itu selain fanzine, zine sendiri juga terdapat beberapa macam, semisal zine personal, yang di bagi lagi menjadi zine politis dengan P besar dan p kecil, dimana di dalamnya terdapat zine personal atau perzine, zine scene, zine network, zine kultur horor dan luar angkasa, zine agama dan kepercayaan,zine seks, zine kesehatan, zine perjalanan, zine sastra, zine seni serta masih banyak lagi.
Kebanyakan karakter orang yang membuat zine di era awal perkembangan zine di US adalah mereka-mereka yang kebanyakan merupakan orang-orang yang di kucilkan oleh lingkungannya, orang-orang aneh, kutubuku, serta kurang pergaulan. Mereka menyatakan kehidupannya yang menyedihkan dan membuat segala hal tentang diri mereka yang tidak nampak tadi menjadi sebuah wujud yang begitu jelas di depan orang banyak melalui zine mereka. Maka tidaklah mengherankan jika zine muncul pertama kali di kalangan  penggemar fiksi ilmiah, dimana kebanyakan dari mereka mempunyai kepandaian di atas rata rata tetapi kemampuan bersosialisasinya kurang.
Seperti juga zine Punk yang pertama kali di terbitkan oleh Legs McNeil, yang menjelaskan bahwa Punk adalah apa yang sering di katakan oleh guru guru kita dari dulu kalau kita tidak pernah cukup berharga untuk apapun di hidup ini.
Istilah zine (dibaca: zi'n) sendiri di ciptakan oleh seorang editor zine science fiction, Detours, Russ Chauvenet pada edisinya di bulan Oktober 1940.
Zine diambil dari kata "magazine" dimana kata "maga: dihilangkan untuk membedakannya dengan majalah yang konvensional. Sebelum istilah zine ditemukan, Benjamin Franklin pada abad ke-18 pernah membuat sebuah jurnal yang di bagikan gratis kepada pasien dan staff rumah sakit di Pennsylvania, ini juga bisa disebut sebagai zine pertama di dunia karena berhasil menangkap essensi dari filosophy dan arti zine di kemudian hari.
Zine sendiri pada masa-masa awal menggunakan tehnik cetak sederhana, dengan menggunakan mesin photokopi, cetak toko,  mimeograph, mesin ketik manual, hectograph, bahkan tulisan tangan. Lay out zine pun tidak ada standar baku yang diterapkan, ada yang memakai program komputer (biasanya photoshop atau corel draw), di gambar sendiri artworknya atau tehnik yang paling populer di kalangan zine maker, cut and paste, yaitu menggunting dan menempelkan isi zine tersebut dengan lay out guntingan gambar dari majalah/koran lain.
Zine memang pada awal kemunculannya berkembang dari komunitas science fiction. Pada awalnya hal ini bermula dari sebuah majalah science pertama di US, Amazing Stories (1926), yang mana sang editor Hugo Gernsback memuat sebuah kolom yang berisi surat pembaca yang mana disitu juga di tulis alamat para pembuat surat pembaca tersebut. Kemudian para pembacanya mulai saling berkoresponden melalui majalah ini, inilah yang kemudian mengilhami terbentuknya zine science fiction.
Zine science fiction pertama adalah The Comet di tahun 1930, yang diterbitkan oleh the Science Correspondence Club di Chicago yang di editori oleh Raymond A. Palmer dan Walter Dennis. Dari sini kemudian mucul cabang cabang baru zine yang berasal dari komuntas science fiction.
Akhir 1930an, komunitas science fiction mulai banyak berdiskusi tentang komik, tapi baru di Oktober 1947 muncul zine komik pertama yaitu The Comic Collector's News yang di buat oleh Malcolm Willits dan Jim Bradley.
Lalu di awal tahun 1960an muncul zine jenis baru dari komunitas science fiction yaitu zine film horror yang pertama di buat oleh Tom Reamy, yaitu Trumpet (San Fransisco).
Di pertengahan 1960an, banyak penggemar science fiction dan komik yang ternyata menemukan kesamaan interest pada musik rock dan kemudian lahirlah zine musik rock seperti Crawdaddy (1966) yang di editori oleh Paul William yang berasal dari California, yang malah kemudian menjadi sebuah majalah musik yang professional. Kemudian pada tahun dan kota yang sama muncul zine Mojo Navigator yang di editori oleh Greg Shaw, yang mana pada tahun 1970 dia juga membuat zine Who Put The Bomb? dimana para kontributor zine ini kemudian banyak yang menjadi jurnalis musik kaliber internasional, seperti Lester Bangs, Greil Marcus, Dave Marsh, Mike Saunders dll. Sebuah zine yang mengulas tentang zine lain juga muncul dengan nama Factsheet Five yang di editori oleh Mike Gunderloy.
Baru pada pertengahan 1970an zine punk hadir bersamaan dengan munculnya musik punk, dimana essensi zine sangat sesuai dengan spirit dari punk itu sendiri. Zine punk pertama lahir di London, UK pada 4 juli 1976 bersamaan dengan debut Ramones, yaitu zine Sniffin' Glue yang di editori oleh Mark Perry. Lalu tahun selanjutnya baru muncul di USA, yaitu Slash dan Flipside (LA) serta kemudian ada Maximum RocknRoll yang kemudian sangat berpengaruh terhadap scene punk tetapi sekarang sudah berubah menjadi sebuah majalah musik professional. Dan dimulailah bermunculannya zine-zine yang mengakar pada scene punk, sperti Punk Planet, profane Existance, slug and lettuce, Heart Attack dll.
Mulailah zine menjadi lebih dikenal di komunitas komunitas musik lainnya, bahkan jarang ada yang tahu bahwa awalnya zine bukanlah berasal dari komunitas musik. Isi dari zine pun sudah mulai banyak variasinya, mulai dari musik, politik, film, hobi, agama, game, olah raga sampai personal (diary). Di akhir tahun 1990an zine seakan menghilang, seiring dengan pemakaian internet yang seakan menggantikan penggunaan zine sebagai ekspresi media personal, terutama dengan feature bloggingnya. Banyak juga zine yang berubah menjadi webzine (zine yang di upload di internet) seperti misalnya webzine Boingboing, Dead Sparrow, Noise Attack dll.
Pada perkembangan selanjutnya banyak bermunculan toko buku besar yang juga menyediakan zine seperti Cafe Royal (Melbourne), Reading Frenzy (Portland, USA), Quimby's (Chicago) . Perpustakaan besar di luar negri pun banyak yang menyediakn zine, seperti: Salt Lake City Public Library, Multnomah County Library (Portland) serta The San Fransisco Public Library yang notabene merupakan tiga perpustakaan besar di USA. Universitas pun tidak mau ketinggalan, misalnya di: Duke University , Barnard College Library, San Diego State University, De Paul University.
Ada juga perpustakaan yang isinya hanya menyediakan zine: ABC No Rio Zine Library (NY), The Zine Archive and Publishing Project (Seattle), The Independent Publishing Resource Center (Portland), The Hamilton Zine Library (Kanada), The Copy & Destroy zine Library (Australia).
Untuk event pameran, workshop dan simposium tentang zine pun banyak terdapat, misalnya: The 24 Hour Zine Thing, THe Philly Zine Fest dan the Portland Zine Symposium (USA), Canzine dan North Of Nowhere (Kanada), The Manchester zine fest dan The London Zine Symposium (Inggris), Independent Press and Zine Fair dan Make It Up zine Fair (Australia), Zinefest Mulheim (Jerman).
Zine sendiri masuk di Indonesia hampir bersamaan dengan masuknya musik punk sekitar awal 1990an, karena memang zine pada waktu itu identik dengan musik punk. tetapi zine bikinan anak indonesia sendiri mulai ada sekitar akhir 1990an, yang masih berkutat di scene musik hardcorepunk atau juga politik (yang tentu saja masih berhubungan dengan hardcorepunk juga).
Sebut zine zine seperti dari Bandung ada Tiga Belas zine (bikinan Arian 13,Puppen dan Seringai yang kemudian bekerja di majalah MTV Traxx ), Membakar Batas dan Gandhi Telah Mati (oleh Ucok Homicide), Mindblast (Malang), Urban (bikinan seorang dosen skinhead Jakarta, Een), Brainwashed (Wendy yang sekarang menjadi editor in chief-nya Rollingstone Indonesia, Jakarta) dll.
Baru kemudian di awal tahun 2000an muncul zine zine yang lebih variatif dan bersifat lebih personal seperti Rebellioussickness (zine musik dalam perspektif personal dari Bekasi), Eve (mengulas indiepop), Akal Bulus (curhat) ,  Puncak Muak dan Setara Mata (keduanya dibikin oleh mama zine Jakarta/Ika Vantiani yang juga membuka Peniti Pink, Jakarta), Vandal Boarder (zine tentang skateboard dr Bandung), Pingsan (Semarang,editornya kemudian menjadi editor Mosh Magz), Mati gaya (zine yang mengulas ide-ide tentang suicide dan agnosticism dari Jogjakarta), Kontrol Diri (Bogor) dan masih banyak lagi.
Pada perkembangannya kemudian, muncul webzine  di Indonesia seperti Innergarden, Rock Is Not Dead, Dead Media (yang fokus ke podcast/streaming), Indogrind (Jogja), Semarang On Fire (Semarang), Dapur Letter, Death RockStar, Wasted Rockers (Bandung/Jakarta, awalnya berformat newsletter) , kemudian juga PDF zine (zine berformat PDF yang di distribusikan lewat email) seperti Euphoria PDF zine. Akan tetapi munculnya webzine dan PDF zine sendiri kadang menimbulkan kontroversi bagi para pemuja zine yang menyukai format cetak karena dianggap mematikan sisi manusiawi/personalnya.
Dengan adanya perkembangan zine tersebut, mulai banyak juga tempat yang menyediakan diri sebagai sebuah tempat distribusi atau perpustakaan zine, semisal di Jakarta ada (Peniti Pink, sebuah tempat yang komplit memuat banyak hal mulai dari distro, tattoo studio, distribusi zine, Food Not Bomb Jkt dll), Zine For All (sebuah perpustakaan zine yang nantinya juga akan membuat sebuah simposium zine) , Legacy Wear , di Depok ada Teriak Records (yang juga sebuah records label sekaligus distributor zine), Sophie Martil (sebuah taman bacaan di Palembang yang juga memuat zine di dalamnya), Kongsi jahat Syndicate (event organizer dan lapak di Jogja yang sekaligus juga mendistribusikan zine), Cookie Freaks (sebuah cafe baru di Jogja yang juga mendistribusikan zine serta rilisan), Menikam Maut (distro hardcorepunk di Solo yang juga mendistribusikan zine), Anak Muda produktionz (distributor zine di Bandung yang juga sering mengorganisir gig hardcorepunk), Mata mata (sebuah kolektif di baru di Bandung yang mendistribusikan zine), Remains (distro di Bandung yang juga mendistribusikan bahan bacaan termasuk zine), Garasi 337 (distro hardcorepunk & zine di Surabaya) dan masih banyak lagi terdapat zine serta tempat pendistribusian zine yang seringnya hanya berawal dari trade antar zinemaker.
Zine hari ini telah semakin berkembang pesat di kota kota di Indonesia. Hampir di setiap kota yang memiliki scene underground pasti juga memiliki zine yang kebanyakan memang dibuat oleh anak anak di scene tersebut, walaupun ada juga beberapa unit kegiatan kampus yang membuat media yang memiliki kesamaan karakter dengan zine.
Di Jogjakarta, perkembangan zine sendiri di mulai sekitar akhir 1990an dimana zine-zine pada saat itu berkutat pada wilayah seni grafis/komik yang dicampur dengan politik, semisal yang berasal dari lembaga kerakyatan Taring padi, Terompet Rakyat zine . Baru kemudian muncul zine-zine yang berasal dari scene hardcore, punk & skinhead yang tentu saja lebih membahas ke musik dan gaya hidup scene tersebut, contoh : Fight Back zine (bikinan agHus Hands Upon Salvation/KongsiJahatSyndicate) dan Bajingan (bikinan Wowok net label YesNoWave).
Fight Back zine kemudian berhasil memunculkan zine-zine lain yang kebanyakan editornya adalah kontributor di Fight Back zine, misalnya Betterday (berasal dari komunitas straight edge), Karang Malang Straight (yang tetap konsisten dengan konsep vegan dan straight edge), Innergarden (zine tentang hardcore dan straight edge yang mempunya 2 versi, satu versi photokopi dan satunya webzine).
Dari scene hardcorepunk pula muncul zine-zine yang sifatnya personal, di mulai oleh Mati Gaya zine (bertema depresif,ide ide suicide dan agnosticism) dan kemudian diikuti oleh My Own world (lebih ke dunia cewek dan musik hardcore), Happy Funeral (zine bikinan anak Situbondo yang kuliah di Jogja), Bukan (bikinan anak Aceh yang kuliah di Jogja),  Puisi Tak Bertuhan (puisi puisi personal), Overture (straight edge dan musik hardcore dalam perspektif personal cewek) dan Carven Secret (puisi puisi).
Dari scene metal juga muncul Human Waste zine dan Mutted Diction Newsletter. Dari ranah indiepop muncul Shine zine (2001), newsletter Rise, Reveal  dan kemudian yang paling baru Lightning Sheets zine.
Dari scene musik Blues kota Jogja lahir pula Blues zine yang sudah rilis 4 edisi. Kemudian dari scene punkrock ada Ancaman Arogan (hanya muncul 1 edisi),serta For The Dummies yang terbit versi photokopi dan di blog myspace band The Frankenstone.
Para komikus pun tak ketinggalan dengan membuat komik underground yang sebenarnya juga memakai essensi dan cara dari zine, yang berbeda spirit & hasilnya dengan komik mainstream. Ambil contoh kompilasi komik komik yang di produksi oleh komunitas Daging Tumbuh (2002, yang barusan juga membuka sebuah toko untuk zine komik), Gegabah, Melawan Mesin Fotokopi dll.
Sementara beberapa media seperti: Issue, Outskirt Voising dan D.A.B sendiri berdiri di tengah tengah antara zine dan magazine, atau lebih tepatnya di sebut pro-zine (professional zine, sebuah istilah yang juga di temukan oleh Russ Chauvenet) karena dari segi isi dan kapasitas para kontributor serta para editornya (yang notabene berasal dari scene musik cutting edge Jogja sendiri), masih bisa disebut zine tapi dari segi manajemen (pengelolaan) serta tampilan lebih ke magazine.
Zine baik dari segi fisik maupun isi sangatlah cocok sebagi media personal yang juga bertindak sebagai media counter culture dari majalah kebanyakan (professional). Dalam pembuatan zine pun disini kita lebih mementingkan pada keasyikan dalam proses membuatnya ketimbang hasil akhir yang di dapat. Kepuasan akan pencarian bentuk-bentuk lain dari yang sudah ada sebelumnya, yang selama ini seakan telah menjadi sebuah bentuk baku yang di standarisasi oleh pemikiran mainstream bahwa sebuah bacaan itu harus seperti ini, itu dan lain sebagainya.
Bahkan sampai pada titik puncak dimana para zine-maker pun sepakat bahwa untuk membuat sebuah bacaan (dalam hal ini zine) adalah suatu hal yang mudah, siapapun bisa dan tidak harus menyesuaikan dengan kaidah-kaidah tata bahasa yang baku, tehnik layout yang keren serta tetek bengek jurnalisme. Kemudian muncul slogan-slogan yang mendukung hal itu, seperti: membuat zine itu gampang, buat baca bagi, copy and destroy, zine for all dll.
Untuk mengenalkan kembali tradisi zine di Jogja, dimana zine sendiri semakin menghilang dengan berpindahnya para editor beberapa zine ke luar kota, maka  kemudian di gagaslah sebuah pameran zine, yang sudah di gelar 2 kali, pertama bergabung dengan event musik Hardcore tahunan One Familly One Brotherhood #6 pada tahun 2007 di Kedai Kebun Forum, kemudian mulai berdiri sendiri melalui event pertama Jogjakarta Zine Attak pada tahun 2008 di Kinoki. Rencananya Jogjakarta Zine Attak! #2 akan di gelar bersamaan dengan launching pemutaran dvd tentang Yogyakarta Hardcore.
Pameran ini bertujuan untuk mengenalkan sebuah media alternatif bagi teman teman yang saat ini mungkin sudah lelah dengan format media yang terlalu baku dan kaku, atau juga bagi mereka yang ingin mencari sebuah bentuk lain, bentuk non formal dari media yang selama ini hanya itu itu saja. Pada pameran ini juga di harapkan bahwa nantinya juga bakal ada yang mau membuat zine mereka sendiri, menulis semua ide ide mereka ke dalam suatu bentuk media alternatif yang bersifat personal ini. So start your own zine!!! (Indra Menus)

Dimuat di FANTASI LIAR #2

1 comment: